Selasa, 09 Februari 2016

Pramuka dan Jurnalisme

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” (Pramoedya Ananta Toer)

Jurnalisme erat kaitannya dengan aktivitas menulis.  Membaca menjadi akar dari terciptanya budaya menulis. Oleh karena itu, membaca dan menulis menjadi sebuah aktivitas yang perkembangannya beriringan.  Untuk mampu menulis sebuah tulisan yang apik, harus dibarengi dengan membaca bacaan yang apik pula.

Di samping itu, berdasarkan data UNESCO Tahun 2012 menunjukkan bahwa, angka minat baca di Indonesia adalah 0,001. Artinya, hanya ada 1 dari 1.000 orang penduduk Indonesia yang memiliki minat baca serius. Jika jumlah penduduk Indonesia pada 2014 sebanyak 252,2 juta penduduk, hanya ada 252.200 orang yang memiliki minat baca serius. (IKAPI, 2015) di sisi lain, berdasarkan sumber data yang sama, kira-kira hanya ada 30.000 judul buku yang diterbitkan setiap tahun di Indonesia. Angka minat baca dan jumlah judul buku yang diterbitkan ini tentunya masih tergolong sangat kecil, jika dibandingkan jumlah penduduk di Indonesia.

Jauh sebelum terbentuknya budaya komunikasi yang bisa diexspresikan lewat tulisan,  komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi verbal dan nonverbal. Hari ini, menulis menjadi sebauh aktivitas yang penting, dengan tulisan, seseorang dapat terangkat derajatnya. Tak berlebihan nampaknya jika kutipan dari Pramoedya Ananta Toer diatas mengawali tulisan ini. Pakde Pramoodya mengatakan bahwa "Menulis adalah bekerja untuk keabadian, karena tanpa menulis, orang dengan IQ tetinggi di dunia pun akan hilang dari masyarakat dan sejarah." Jika difikir mendalam, sebenarnya beliau sedng merangsang manusia agar gemar menulis.  Juga perlu dicatat bahwa, dahulu beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia menggunakan tulisan-tulisa sebagai instrument memperjuangkan kemerdekaan. Di era-era itulah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode, dan Medan Prijaji terbit. Ternyata menulis itu penting!

Hari ini, fenomena maraknya media sosial dikit demi sedikti merubah tatanan masyarakat. Kini masyarakat terbelah menjadi dua, masyarakat nyata dan maya.  Makin kesini media-media sosial ini seakan mengontrol kehidupan pemakainya. Bagaimana tidak, setiap hari dilalui, tanpa seharipun absen untuk update status dan “check” time line media sosial pribadinya. Semakin banyak yang melatar belakangi, semakin sering pengguna medsos akan mengecek timeline. Ada yang bertujuan  mencari hiburan, meme, video, informasi, barang-barang menarik, sampai menjadi stalker untuk mengendus keseharian wanita atau pria yang sedang di incar.

Oleh karena itu, Dalam The Use of Social Media Technology in Universities: a Case of  Solusi University, Zimbabwe generasi modern ini disebut dengan banyak nama, antara lain  Screenager, Digital Natives dan Generation Y.

Menulis hal-hal positif  di media sosial pun mempunyai kesan dan dampak tersendiri bagi penggunanya.  Sudah banyak tulisan-tulisan pengguna media sosial yang merubah nasib seseorang dan kelompok. Sebaiknya, Pramuka Indonesia yang merupakan organisasi kepanduan dengan jumlah anggota terbesar di dunia, dengan jumlah nya kira kira sampai 21 juta orang juga turut menulis hal-hal positif di media sosial.

Menjadi penting dan menarik ketika kita mengembangkan Gerakan Pramuka melalui pemanfaatan media sosial, yang bertujuan untuk memodernisasi Gerakan Pramuka agar lebih diminati oleh khalayak ramai. Hal ini sejalan dengan visi dan misi kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang dipimpin oleh Adhyaksa Dault, yaitu rebranding Pramuka agar relevan dengan zaman.

Adhyaksa Dault, Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka juga pernah mengatakan akan pentingnya Pramuka memenangkan ‘pertarungan’ di era informasi. Salah satu indikator kemenangan adalah semakin banyaknya informasi positif yang disampaikan oleh segenap anggota Pramuka melalui media sosial dan produk-produk jurnalistik lainnya. Ketua Kwarnas juga menyampaikan bahwa “Yang utama adalah orangnya, media sosial adalah sarana. Jika orangnya jujur, baik, peduli, maka media sosial akan dahsyat dampaknya.”

Media sosial, sebagai media pengembangan Pramuka tetap harus memperhatikan nilai-nilai murni kepramukaan agar tidak menjadi kabur. Seperti prinsip dasar, kode kehormatan dan motto pramuka. Meskipun media sosial dan gerakan pramuka adalah dua variable yang berbeda, namun bila di integrasikan akan menjadi suatu produk yang lebih powerful.

Hari ini, Selasa, 9 Februari 2016, bangsa Indonesia memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2016.  Tentunya, dunia pers terus berprogres, terutama setelah internet menjamah peradaban manusia. Karya jurnalistik tak hanya bisa dibaca lewat surat kabar atau media cetak lainnya, tapi juga dibaca lewat berbagai perangkat elektronik canggih, seperti media sosial, yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern.

Oleh karena itu, mari kakak-kakak Pramuka Indonesia bersama kita menulis hal-hal positif di media sosial. Yakinlah manfaat menulis bukanlah untuk orang lain, melainkan untuk diri sendiri. menulislah untuk keabadiaan. Ayooo menulis.

Selamat Hari Pers Nasional. Salam Pramuka.

Sumber : Page FB Kwarnas Gerpram

0 komentar:

Posting Komentar